TUGAS KARYA ILMIAH
LINGKUNGAN HIDUP
J DAFTAR ISI
J
Daftar
isi………………………………………………………………………………….1
Kata
Pengantar……………………………………………………………....................2
Bab
I. Pendahuluan……………………………………………………………………...3
Bab
II. Pembahasan………………………………………………………....................6
Bab
III. Penutup………………………………………………………………………..15
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………….16
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kepada Allah saya ucapkan, karena dengan rahmat-Nya saya dapat meyelesaikan
karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini membahas tentang lingkungan hidup.
Semakin
berkembangnya zaman dan teknologi semakin canggih, lingkungan pun semakin tidak
terawat dan semakin tercemar, sehingga banyak muncul bencana alam. Manusia pun
semakin tidak peduli dengan lingkungan hidupnya. Sehingga perlu dilakuakn suatu
sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat menyadari betapa pentingnya
lingkungan hidup sehingga lingkungan hidup harus dijaga dengan baik.
Oleh karena
itulah saya membuat karya ilmiah ini. Saya harapkan, setelah kita membaca karya
ilmiah ini, kita akan semakin semangat melestarikan lingkungan hidup di sekitar
kita.
Wassalam,
Penulis
Andam Dewi .A.
Lingkungan
Hidup
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Belum adanya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian
lingkungan hidup.
Undang-undang nomor 4
tahun 1983 menjelaskan tentang pokok-pokok pengelolaan lingkungan hidup. Undang-undang
itu mencakup manusia dengan semua benda, daya, kesadaran, dan perilaku makhluk
hidup yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah perpaduan antara pemanfaatan, penataan,
pemeliharan, pengawasan, pengendalian, pembinaan, dan pengembangan lingkungan
hidup.
Manusia paling memegang
peranan terhadap keadaan lingkungan hidup. Tetapi, banyak manusia yang karena
berambisi untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya guna memuaskan
keinginannya, sering melakukan hal-hal yang merusak atau mencemari lingkungan.
Misalnya, membuang sampah di sembarang tempat, penggunaan detergen yang
berlebihan, dan tindakan-tindakan lain yang tanpa di sadari telah mencemari
lingkungan. Oleh karena itu,
pengelolaan perlu ditanamkan pengertian bahwa kecerobohan dapat merugikan orang
lain.
Dalam mengelola lingkungan
perlu diperhatikan efeknya, artinya bukan hanya bermanfaat bagi kita sendiri,
tetapi juga tidak berefek buruk bagi orang lain. Semua ini terjawab dalam
tujuan pengelolaan lingkungan hidup, yaitu :
1.
Tercapainya keselarasan hubungan antar manusia dengan lingkungannya
Dalam rangka membangun
manusia Indonesia
seutuhnya.
2.
Tercapai keselarasan hubungan antara pemanfaatan sumber daya secara
Bijaksana dengan
memperhatikan aspek keharmonisan, daya guna, hasil guna,
Serta daur ulang.
3.
Terwujudnya manusia sebagai pembina lingkungan.
4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan
hidup untuk generasi
Sekarang
maupun generasi yang akan datang.
5. Melindungi negara terhadap aspek kegiatan
diluar wilayah yang menyebabkan
Kerusakan
dan pencemaran lingkungan hidup.
Dalam suatu lingkungan
selalu terdapat dua komponen yang saling berinteraksi, yaitu komponen biotic dan abiotik. Kedua
komponen tersebut sesungguhnya merupakan satu kesatuan fungsional dalam
lingkungan. Jadi apabila salah satu komponen tersebut dihilangkan, fungsi dari
lingkungan sebagai satu kesatuan akan hilang. Bila komponen-komponen yang
membentuk suatu lingkungan atau daerah tertentu terganggu, maka ekologi di
bagian tersebut tidak lagi selaras.
Agar terpenuhi segala
kebutuhan, manusia dapat mempengaruhi dan mengubah lingkungan. Manusia sering
meggunakan teknologi modern guna mempercepat proses perubahan. Sebagai contoh
adalah Pulau Jawa. Lima
belas sampai dua puluh tahun lalu di pantai utara Pulau Jawa masih banyak
terdapat hutan bakau. Hutan ini berfungsi menahan tanah serat mengurangi
kekeruhan air laut sehingga ikan-ikan di laut dapat hidup dan berkembang biak
dengan baik. Dewasa ini hutan bakau udah habis ditebangi untuk keperluan kayu bakar
dan keperluan lain. Akibatnya pantai menjadi landai dan air laut keruh terus
menerus. Hal ini terjadi juga di pantai Pulau Sumatra, maupun di beberapa
tempat lain di Indonesia.
Manusia sebagai komponen
biotik berpengaruh atas lingkungan, dan terkadang merusak keseimbangan
lingkungan itu sendiri. Manusia yang lama makin bertambah jumlahnya juga sangat
mengkhawatirkan bagi kelestarian lingkungan hidup.
1.2
Keadaan lingkungan hidup sekitar yang semakin hari semakin
mengkhawatirkan.
Manusia bersama-sama
dengan makhluk lainnya senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya.
Makhluk-makhluk hidup bersama lingkungannya membentuk ekosistem. Peranan
manusia dalm ekosistem besar sekali, sebab manusia sebagai makhluk tertinggi
dikaruniai akal oleh Tuhan. Dengan akalnya manusia mampu membuat lingkungan
sesuai dan menguntungkan bagi dirinya.
Lingkungan ada dua jenis,
yakni lingkungan biotic dan lingkungan abiotik ialah makhluk yang hidup di
sekitar serta di dalam organisme. Misalnya, manusia, tumbuh-tumbuhan, mikro
organisme di dalam usus, dan lain-lain. Pendeknya segala yang berasal dari
manusia, tumbuhan dan hewan. Sedangkan lingkungan organisme yang tidak hidup.
Contohnya tanah, air, cuaca dan cahaya matahari.
Factor lingkungan baik
biotik maupun abiotik selalu mengalami
perubahan. Perubahan itu terjadi secara tiba-tia atau perlahan-lahan. Manusia
sangat berperan terhadap perubahan itu, apabila dengan bantuan ilmu dan
teknologi, manusia mampu mengubah alam.
Manusia serta makhluk
lainnya menginginkan agar tempat tinggalnya memberikan keamanan dan kenyamanan.
Semua demi kelangsungan hidupnya.
Lingkungan hidup dapat
memenuhi syarat bila situasi dan kondisinya sesuai dengan kebutuhan minimal
penghuninya. Bila jumlah populasi dalam alam bertamah maka terjadilah
persaingan antara individu-individu dalam populasi tersebut. Persaingan itu antara lain dalam hal makanan, tempat
tinggal, dan beraagi keperluan lainnya. Intervensi manusia terhadap lingkungan,
terhadap ekosistem makin rumit, sehingga makin tinggilah kualitas lingkungan
bagi dirinya. Jumlah populasi yang makin meningkat dan kompleks, serta pola
hidup yang beraneka ragam kebutuhanya juga dapat mencemari lingkungan hidup.
Perkembangan ilmu dan
teknologi juga membawa akiat buruk bagi kehidupan manusia ditinjau dari segi
ekologi. Terhadap lingkungan hidup pun pengaruh ini tidak dapat diletakkan.
Pencemaran lingkungan sebagai akibat dari kemajuan ilmu dan teknologi sangat
mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Demikianlah keadaan lingkungan
hidup yang semakin lama semakin mengkhawatirkan keadaannya. Faktor estetika
lingkungan hidup merupakan tuntutan yang penting guna mengantisipasi hal tersebut.
Estetika lingkungan hidup adalah berbagai komponen yang menunjang daya dukung
lingkungan itu. Oleh sebab itu, perlu diadakan inventarisasi beragai komponen
yang ada dan yang diperlukan.
1.3
Lingkungan sebagai potensi bagi masyarakat untuk hidup lebih maju
dan
Berkembang.
Kehidupan di dalam masyarakat sosial sebenarnya
tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap lingkungannya dalam arti yang
sangat luas. Tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia membina
hubungan dengan lingkungannya secara aktif dan juga bersosialisasi dengan baik.
Manusia tidak hanya sekedar mengandalkan hidup mereka pada kemurahan lingkungan
hidupnya seperti orang yang selalu pasrah akan nasibnya sendiri dan selalu
mengandalkan lingkungan sekitar. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masyarakat
dapat mengelola lingkungan dan mengolah sumberdaya secara aktif dan
bermanfaat sesuai dengan seleranya. Karena itulah manusia mengembangkan
kebiasaan yang melembaga dalam struktur sosial dan kebudayaan mereka. Karena
kemampuan manusia beradaptasi secara aktif itu pula, maka kita berhasil
menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di bumi ini.
Di sisi lain, kemampuan manusia membina hubungan
dengan lingkungannya secara aktif itu telah membuka peluang bagi pengembangan
berbagai bentuk organisasi dan kebudayaan menuju peradaban yang lebih maju.
Dinamika sosial itu telah mewujudkan aneka ragam masyarakat dan kebudayaan
dunia, baik sebagai perwujudan adaptasi kelompok sosial terhadap lingkungan
setempat maupun karena kecepatan perkembangannya.
Dinamika sosial dan
kebudayaan itu, tidak terkecuali melanda masyarakat Indonesia, walaupun luas
spektrum dan kecepatannya berbeda-beda. Demikian pula masyarakat dan kebudayaan
Indonesia pernah berkembang dengan pesatnya di masa lampau, walaupun
perkembangannya dewasa ini agak tertinggal apabila dibandingkan dengan perkembangan
di negeri maju lainnya. Betapapun, masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang beranekaragam itu
tidak pernah mengalami kemandegan sebagai perwujudan tanggapan aktif masyarakat
terhadap tantangan yang timbul akibat perubahan lingkungan dalam arti luas
maupun pergantian generasi.
Diakui atau tidak, media massa (cetak dan
elektronik) punya pengaruh kuat yang membekas dalam pikiran masyarakat. Bahkan
bisa dikatakan, media massa
punya kekuatan penuh untuk membentuk seperti apa masyarakat. Media juga bisa menentukan
wajah seperti apa masyarakat di masa depan. Dengan kata lain, media massa berperan dalam
memajukan sejarah peradaban dan kecerdasan manusia. Hal tersebut berarti
bahwa media massa berperan besar dalam membentuk sikap mental masyarakat
agar dapat berperan secara aktif terhadap kesadaran untuk aktif menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Bagaimana dampak dari kerusakan lingkungan hidup
dimasa yang akan datang?
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam seperempat abad terakhir ini telah banyak
membantu manusia. Tetapi, disamping sumbangan yang diberikan, timbul pula
akibat sampingan yang menimbulkan nasalah bagi lingkungan hidup manusia. Dengan
teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia telah mengurangi kemampuan alam
lingkungan hidup demi kelangsungan hidupnya.
Pada
saat ini manusia dihadapkan pada masalah pencemaran alam lingkungan hidupnya,
yang merupakan malapetaka yang dibuatnya sendiri. Pencemaran lingkungan hidup dapat
berupa pencemaran air, tanah, udara dan suara. Berikut akan dijelaskan tentang
penyebeb pencemaran lingkungan hidup dan akibatnya.
a.
Pencemaran tanah dan akibatnya
Tanah
sebagai tempat hidup semua makhluk hidup sangat diharapkan dapat memberikan
kelangsungan hidup yang baik.
Kenyataannya
saat ini kemajuan teknologi telah menimbulkan pencemaran tanah. Bahan plastik yang banyak digunakan sebagai
pembungkus setelah menjadi sampah sangat mencemari tanah, karena bahan ini
sifatnya tidak dapat dirombak secara biologis melalui proses pelapukan. Akibatnya,
bahan ini tetap utuh dan mencemari tanah.
Bahan
penyebab pencemaran lainnya adalah detergen suatu bahan sintetis untuk
pembuatan sabun. Bahan detergen tidak dapat dihancurkan oleh bakteri pengurai
sehingga tetap utuh berbusa memenuhi perairan. Selain itu, pemberian pupuk yang
melebihi batas ukuran pemakaian juga akan menyebabkan terjadinya pencemaran
pada tanah yang tengah dipupuk.
Karena
bahan kimia, tanaman, berbagai jenis hewan yang hidup disitu akan mati. Tanah
juga akan menjadi tandus, kering, dan mati. Tanah mati adalah tanah yang tidak
dapat ditanami lagi.
b.
Pencemaran air dan akibatnya.
Air
yang cukup tersedia serta memenuhi syarat yang diperlukan manusia untuk minum,
memasak, mandi, mencuci, dan sebagainya, merupakan syarat mutlak bagi kehidupan
yang sehat. Air juga diperlukan oleh pabrik-pabrik untuk mengolah bahan
industri sebagai alat pembuangan sampah pabrik, dan lain-lain. Air juga
diperlukan untuk pengairan, pemeliharaan ikan, dan untuk keperluan hewan
lainnya. Dapat dikatakan bahwa air merupakan salah satu sumber alam yang paling
berharga dan sangat vital bagi kehidupan makhluk bumi.
Adanya
penggunaan air untuk kehidupan sehari-hari, maka air yang mengalir ke sungai
lalu menuju ke laut menjadi kotor karena sampah-sampah dari rumah, pabrik, dan
sisa-sisa bahan kimia lainnya. Air pun menjadi tercemar. Air yang mengandung
limbah pabrik berwarna kemerah-merahan akan menyebabkan sakit perut, diare, dan
muntaber yang dapat mengakibatkan kematian. Pakaian juga akan berwarna kusam
jika air pencucinya tercemar.
Air
yang tercemar tidak dapat lagi
dipergunakan oleh pabrik-pabrik, dan lebih dari itu, air yang tercemar itu akan
membahayakan kehidupan makhluk serta tumuhan dalam tanahdan air. Manusia yang
paling berkepentingan terhadp kekayaan ala mini akan menerima akibatnya.
Akibat
berantai dari pencemaran air ini semakin tampak dengan ditemukannya
burung-burung yang mati, karena dalam tubuhnya dijumpai timbunan DDT yang
berasal dari ikan yang dimakannya. Hal ini juga dapat menimpa manusia jika memakan
tanaman atau hewan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya.
Pengaruh
insektisida pada manusia telah banyak diselidiki, antara lain pengaruhnya
terhadap hati dan susunan syaraf. Jaringan hati tidak akan berfungsi lagi
seagai penyaring racun yang masuk ke tubuh.
Selain
itu, limbah minyak serta industri lain dapat meracuni anjing laut, ikan paus,
dan hewan lain sehingga hewan-hewan tersebut dikhawatirkan akan punah.
c.
Pencemaran udara dan akibatnya.
Dewasa
ini masalah pencemaran udara menjadi sesuatu yang serius dan mempengaruhi
kehidupan manusia di bumi. Masalah ini dirasakan terutama di kota-kota besar
dengan penduduknya yang padat, serta di berbagai daerah sekitar kawasan
industri.
Sekali
menarik napas, kita menghirup 40.000 partikel debu bila udara di sekeliling
kita bersih, dan 70.000 partikel jika kita berdiam di kota atau lingkungan
kotor.
Penyebab
utama dari pencemaran udara tersebut berasal dari pembakaran yang tidak
sempurna. Pembakaran bensin pada kendaraan bermotor dihasilkan gas karbon monoksida
yang sangat berbahaya bagi kesehatan.
Pencemaran
udara dapat juga menimbulkan akibat pada hewan dan tumbuhan. Gas belerang
dioksida yang mengotori udara menyebabkan pucuk-pucuk tumbuhan mati. Asap rokok
juga dapat mencemari lingkungan, terutama jika merokok di tempat orang banyak.
Para ahli mengatakan bahwa rokok bukanhanya terletak pada kandungan nikotinnya,
melainkan pada tar (asap rokok). Asap rokok mengandung CO serta zat-zat yang
bersifat karsinogen. Tar jauh lebih
berbahaya daripada nikotin, sehingga perokok pasif (orang yang menghirup asap
rokok dari perokok didekatnya) pun bisa terkena, malah lebih gawat karena
menghisap asap rokok.
Beberapa eksperimen telah mengungkapkan bahwa
asap rokok dapat mengoksidasi DNA yang terisolir, meskipun belum ada bukti kuat
bahwa penambahan rokok secara signifikan meningkat jumlah oksidasi. Beberapa
peneliti dari Universitas Kopenhagen Arthus dan Biro Penelitian Inggris telah
menemukan lebih banyak oksidasi DNA pada urine para perokok ketimbang bukan
perokok.
d. Pencemaran suara dan akibatnya
suara
bising sangat berbahaya bagi kehidupan manusia saat ini. Suara-suara bising
dapat menyebabkan seseorang menjadi sakit jantung, gila, bunuh diri, serta
memperpendek umur delapan hingga 12 tahun. Kehidupan di kota-kota besar
terancam dengan pencemaran suara tersebut.
Pengaruh
suara bising telah pula diselidiki terhadap tekanan darah. Hasilnya menyatakan
bahwa para pekerja baik pria maupun wanita diatas usia 40 tahun tekanan
darahnya naik akibat suara bising mesin-mesin bengkel, perut membesar, serta
seluruh system pencernaan mengalami gerak peristaltik
lamban. Gejala ini menyebabkan orang tertentu mengalami penyakit radang perut.
Kekuatan
suara diukur dengan decibel (Db). Suara percakapan normal mempunyai kekuatan 40
Db dan bila meningkat menjadi keributan naik menjadi 80 Db. Suara kereta api
sebesar 95 Db, mesin motor (5 pk) 104 Db, pesawat jet yang sedang take off 250
Db, dan petir atau halilintar 120 Db.
Kebisingan
yang terus menerus dengan kekuatan 110 Db lebih dapat berpengaruh terhadap daya
pandang seseorang. Pengamatan warna pun berubah 75%, sehingga orang tidak dapat
lagi membedakan antara warna hijau dan putih. Bila suara meningkat menjadi 130
Db dapat menyebabkan pusing-pusing karena syaraf sudah dipengaruhi.
Suatu
yang tiba-tiba meledak atau suara bising yang terus menerus akan menimbulkan
reaksi pada manusia. Reaksi tersebut dapat berbentuk berbagai perubahan tekanan
darah antara lain kecepatan pernafasan, denyut nadi, kontraksi perut dan usus,
kegiatan-kegiatan kelenjar hormon, dan gangguan-gangguan syaraf.
Juga
mempengaruhi mental seseorang seperti timbulnya perasaan takut berlebihan, marah tanpa sebab, dan
sebagainya.
2.2 Menghindari terjadinya pencemaran lingkungan
hidup.
Berbagai upaya dapat dilakukan
untuk menghindari terjadinya pencemaran lingkungan, antara lain :
1. Menanamkan Kebiasaan Hidup Sehat
Banyak
factor yang dapat membuat seseorang hidup sehat. Salah satu factor yang sangat
menunjang adalah lingkungan yang sehat. Untuk itu kita harus menkaga kesehatan
lingkungan dimana kita berada. Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan lingkungan yakni :
a) Tidak membuang sampah
disembarang tempat sehingga lingkungan tetap bersih dan sehat.
b) Tidak meludah disembarang
tempat, karena dapat menyebabkan penularan penyakit. Tempat-tempat yang banyak
dikunjungi orang perlu disediakan tempat meludah yang tertutup. Bila dirumah
ada yang sedang sakit menular agar disediakan tempat ludah yang tertutup.
c) Tidak buang air besar dan buang
air kecil disembarang tempat.
Umunya
di kota-kota sudah cukup tersedia tempat untuk keperluan itu, demikian juga di
rumah-rumah penduduk biasanya telah dibuat. Belum semua rumah di desa-desa punya
jamban keluarga. Penduduk Biasanya buang air besar di selokan-selokan, sungai,
atau kolam. Kalau tempat itu mengalir airnya maka kotoran akan menganggu
lingkungannya.
Karena
itu dianjurkan agar sebaiknya orang tidak buang air besar di tempat-tempat
semacam itu sebab bila ada penyakit menular yang terbawa akan dapat menyebar ke
tempat yang lebih luas. Selain itu kotoran tersebut akan mengganggu kesehatan
dan kebersihan.
d)
Tidak menimbulkan genangan air.
Air
yang tergenang dapat menjadi sumberpenyakit, diantaranya penyakit malaria. Air
yang menggenang juga menyebabkan sampah membusuk, sehingga mengeluarkan bau
yang kurang sedap yang tentu saja menganggu lingkungan. Agar tidak menimbulkan
berbagai akibat yang tidak diharapkan, maka air yang tergenang supaya dialirkan
atau dikeringkan.
2.
Membuat Tempat Pembuangan Sampah atau Kotoran dengan Cara yang Benar.
Ada dua macam kotoran atau sampah,
yaitu :
a)
Sampah yang berasal dari rumah tangga, sekolah, pasar, dan kotor.
Sampah-sampah
tersebut umumnya berbentuk sisa makanan, daun-daunan, kertas, plastic, dan
kaleng, dan botol bekas.
b) Sampah yang berasal dari kotoran manusia
atau hewan.
Sesuai
dengan bentuk dan sifat kotoran itu, maka tempat pembuangannya Pun berbeda. Di
rumah atau di kantor, sampah cukup di tampung pada tempat sampah kecil yang
mudah diangkut dan selanjutnya diuang ke tempat sampah yang lebih besar.
Rumah-rumah atau kantor yang mempunyai halaman dapat membuat tempat sampah yang
lebih besar. Rumah-rumah atau kantor yang mempunyai halaman dapat memuat tempat
sampah yang besar dengan menggali tanah di halaman.
Bila
masalah sampah tidak ditanggulangi dengan sungguh-sungguh, maka akan timbul
permasalahan yang cukup kompleks. Sampah tidak hanya mencemari lingkungan,
merusak keindahan kota, juga mempengaruhi kesehatan.
Berdasarkan
kenyataan yang ada, kiranya masih perlu ditingkatkan kesadaran dalam
menciptakan kebersihan lingkungan. Kalau tidak, hal ini dapat merusak citra
kebersihan lingkungan rumah masing-masing sehingga suasananya selalu bersih,
nyaman, dan tertib. Dengan suasana yan demikian itu akan tercipta ketenangan
dan ketentraman dalam rumah masing-masing.
3. Membuat Kakus atau Jamban Keluarga
Kakus yang sering juga
diseut WC atau jamban, dapat menjadi sumber Penyakit apabila cara membuat dan
letaknya tidak sesuai dengan ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan.
Kakus haruslah tertutup
dan tidak memungkinkan lalat masuk sehingga Menyebarkan bibit penyakit. Jarak
antara WC dengan sumur juga harus di Perhatikan (sekurang-kurangnya 10 m), agar
air kotoran tidak merembes ke Dalam sumur. Ini sudah tentu sangat membahayakan
bagi kesehatan, sebab kebersihan WC turut berperan bagi kesehatan keluarga dan
masyarakat.
4. Program BALI (Bersih, Aman, Lestari, dan Indah)
Program BALI
merupakan suatu usaha umtuk menciptakan lingkungan yang sehat, meliputi kesehatan
fisik dan mental. Kita sering mendengar semboyan kebersihan pangkal kesehatan,
dan kebersihan sebagian dari iman. Jadi kesehatan mencakup fisik dan rohani.
Iman akan membentuk rohani yang bersih, tulus, serta taqwa kepada Tuhan.
Disertai dengan jasmani yang sehat akan merupakan perpaduan yang sempurna guna
membentuk generasi yang sehat lahir dan batin (men sana in corpore sano). Suasana aman sangat
diutuhkan dalam menciptakan stabilitas nasional. Segala program dan rencana pembangunan
tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak didukung oleh suasana yang aman.
Kelestarian dan keindahan
merupakan dua hal yang mendukung terciptanya kenyamanan dan ketenangan. Suasana
yang nyaman akan membuahkan Kebahagiaan batin bagi setiap orang. Apabila segala
sesuatunya diatur dengan Rapi disertai unsur seni yang tinggi akan menciptakan
sesuatu keindahan.
Manusia diciptakan oleh
tuhan sebagai makhluk yang sebaik-baiknya, dan dilengkapi dengan rasa
keindahan. Rasa keindahan adalah naluri setiap manusia. Karenanya segala
sesuatu yang distur dengan indah disertai unsur seni Yang tinggi akan
memberikan ketenangan dan ketentraman bagi semua orang.
Pelaksanaan Program BALI
ini akan dapat diwujudkan apabila seluruh ,asyarakat dan pemerintah terlibat
didalamnya. Berbagai usaha yang dapat dilakukan adalah:
a) pembuatan
saluran indah
Air limbah yang berasal
dari rumah tangga penuh dengan bermacam-macam kotoran mulai dari sampah rumah
tangga sampai kotoran manusia (terutama kelu-
arga yang tidak memiliki kakus). Maka kotoran terseut
akan mengalir memenuhi saluran air. Jika selokan ini tersumbat oleh sampah,
maka air yang kotor itu pun akan tergenang serta menyalurkan bau busuk. Air got
yang kotor dan busuk itu akan meluap dan mengotori tempat disekitarnya. Tak
ayal lagi berbagai penyakit akan terjangkit, seperti muntaber, diare, disentri,
malaria, dan sebagainya. Penduduk disekitar tempat itu menjadi terancam
kesehatannya.
Usaha pemuatan saluran indah sangat tepat ditinjau
dari sudut kesehatan, keersihan, dan keindahan. Usaha ini hendaknya mendapat
dukungan dari semua pihak mengingat manfaatnya bagi seluruh lapisan masyarakat.
b) Penyediaan
dan pembuatan bak-bak sampah serta transportasinya.
Bantuan pemerintah berupa
sumbangan gerobak-geroak, berbagai tempat penampungan sampah (TPS), dan
sejumlah personal ”pasukan kuning” (petugas kebersihan kota) merupakan upaya
pemerintah dalam menanggulangi sampah dengan segala akibatnya. Apabila
usaha-usaha pemerintah ini dipadukan dengan kesadaran penduduk akan arti
kebersihan, maka kelestarian lingkungan akan terwujud.
c)
Ditetapkannya undang-undang ketertiban kota.
Undang-undang ketertiban
kota, terutama yang ada hubungannya dengan Surat Izin Mendirikan Bangunan dan
Pengaturan Tata Kota, sangat penting artinya dalam menciptakan lingkungan yang
tertib dan bersih. Pelaksanaan “tatap muka mendadak” dari aparat pemerintah
dengan anggota masyarakat mengenai ketertiban serta kebersihan, dan usaha
pertamanan di halaman rumah masing-masing,
sangat besar artinya dalam usaha menanamkan rasa keindahan dan
kebersihan di kalangan masyarakat.
Selain itu pengarahan
kepada pemilik warung juga perlu diadakan agar jangan menambah trotoar jalan,
melainkan harus disesuaikan dengan jarak ruas jalan. Para pemilik warung
diharapkan agar tidak menyalahgunakan trotoar sehingga merugikan pejalan kaki
yang ingin memanfaatkan trotoar.
5. Kebersihan Lingkungan di Rumah
Kebersihan lingkungan
rumah khususnya kandang dan kotoran perlu pula mendapat perhatian
Ada sejenis penyakit
infeksi yang disebut “infeksi nosokomial”, yaitu sebuah infeksi yang mula-mula
muncul di rumah sakit. Penyebab infeksi ada beberapa hal,
Antara lain kuman, jamur, virus, dan masih banyak
lagi. Semua penyebab infeksi ini akan mencuat penyakit jika ada faktor predisposisi, yaitu factor yang mengubah
seseorang menjadi rentan terhadap suatu penyakit. Celakanya faktor-faktor
predisposisi itulah yang menyebabkan orang-orang masuk rumah sakit, sehingga di
rumah sakit infeksi leih mudah tumbuh.
Jamur, kuman, atau virus dapat
berasal dari lingkungan rumah yang kotor juga gedung-gedung di sebelah rumah.
Melalui hembusan angin berbafai jamur itu akan menyerang seseorang. Jamur
penyebeb infeksi nosokomial ini isa
juga ditemukan dalam tanah yang mengandung kotoran ayam, burung, dan kelelawar.
Bahkan, jamur tersebut bisa juga ditemukan didalam unga yang sudah layu.
Kegemaran memelihara
binatang juga sering menyebabkan orang sering lupa terhadap sisi negative yang
dapat ditimbulkan oleh binatang kesayangannya itu. Umumnya binatang yang paling
banyak disukai adalah burung. Burung peliharaan biasanya dimasukkan ke dalam
sangkar, kemudian digantung di tempat yang agak tinggi. Kandang burunng dara
biasanyajuga digantung di tempat tinggi, demikian pula dengan jenis burung yang
lain.
Menurut hasil penelitian,
11% kotoran burung merpati mengandung jamur criptococus
neochormon. Jika menyerang manusia, jamur ini akan menggulirkan penyakit criptococusis. Pertama-tama penyakit ini akan meyerang
paru-paru. Jika kondisi si sakit membaik, criptococusis akan hilang sendiri,
tetapi jika daya tahan tubuh tidak kuat, akan menimulkan kelainan pada
paru-paru, bahkan jamur ini akan menyebar ke otak.
Pernah terjadi, seorang bayi menderita sesak
napas dalam waktu cukup lama sehingga sangat mengkhawatirkan ibunya. Bayi itu
kemudian dibawa ke rumah sakit. Dokter menanyakan apakah keluarga itu suka
memelihara binatang? Setelah diselidiki
ternyata dibawah bubungan atap rumah terdapat sarang burung dara. Diperkirakan
kotoran burung itu mengandung jamur.
Dapat disimpulkan bahwa
kuman penyebab penyakit dan infeksi ada dimana-mana. Caranya yang harus
diperhatikan untuk menghindarkan diri dari serangan kuman, virus, atau jamur
penyebab infeksi ialah dengan menjaga kebersihan.
Kandang atau sangkar harus
sering diperhatikan dan dibersihkan. Kotoran-kotoran hewan itu dikumpulkan lalu
dibuang ke dalam tanah yang telah dilubangi lalu ditimbun kembali, atau
ditempat lain yang aman. Kebersihan kandang bukan saja penting bagi kesehatan
keluarga, melainkan binatang itu sendiri juga akan tetap sehat, kuat, dan
produktif.
Letakkanlah kandang
ditempat yang tidak membahayakan kesehatan penghuni rumah serta merusak
lingkungan sekitar.
2.3 SDA &
Lingkungan, Sebuah Ajakan
Yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah, mengapa begitu banyak kerusakan
lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Padahal sejak dulu sudah ada lembaga
yang khusus menangani hal itu, di bawah kementerian lingkungan hidup.
Kita ingat bahwa untuk setiap pembangunan (baca: eksploitasi hasil alam,
perumahan, pembukaan lahan, pembangunan industri) dalam skala yang mengakibatkan perubahan landscape itu harus memenuhi persyaratan AMDAL. Dengan adanya
persyaratan AMDAL sebelum pembangunan dimulai itu masyarakat luas sebenarnya mempunyai suara untuk menyetujui atau menggugurkan suatu usulan pembangunan. Belum lagi kalau menyebut begitu banyak lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan yang berperan sebagai kontrol dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Tanggung Jawab Bersama
Mungkin jawabannya harus kita runut dengan seksama, satu persatu, step by step, case by case. Siapa yang bertanggung jawab : semua elemen, baik pemerintah
(sebagai pengatur & pengelola) industri (pihak pemrakarsa, pembangun) dan
masyarakat (sebagai konsumen dan yang terkena dampak lingkungan). Apakah semua elemen ini sudah menjalankan fungsinya? Jawabannya : TIDAK.
Pemerintah sering (atau malah selalu?) kongkalikong dengan pemrakarsa (baca : pengusaha) sehingga bisa jadi kita mendengar AMDAL yang disusulkan belakangan setelah pembangunan selesai, atau data AMDAL yang telah dimanipulasi. Karena
hampir dapat dipastikan, sulit sekali bagi pengusaha untuk kucing-kucingan
melanggar peraturan kalau tidak main mata dengan pemerintah sebagai pengawas
pemanfaatan lingkungan.
Bagaimana dengan masyarakat ? Biasanya masyarakat itu tidak peduli selama dia belum merasa terganggu dengan suatu kegiatan pembangunan. Ada juga beberapa yang ribut, tapi hampir selalu tidak mendapat perhatian. Lebih banyak lagi yang
protes setelah terjadi kerusakan parah dan membahayakan. Tapi pada akhirnya
tetap saja keluhannya tidak mendapat respon yang positif baik dari pihak
pengusaha maupun pemerintah. Intinya masyarakat selalu dikalahkan oleh
kepentingan ekonomi dalam hal ini. Jadi dimulai dari sikap tidak peduli
masyarakat – menjadi keluhan massal yang selalu tidak mendapat tanggapan – pada akhirnya lahir sikap apatis terhadap situasi di sekelilingnya.
Sebenarnya hal ini sangat menyedihkan. Tetapi tinggalkan dulu soal itu. Sekarang apa tindakan yang harus diambil ?
Jangka pendek tentu saja jawaban yang pasti adalah pemerintah sebagai pengontrol dan pengawas harus introspeksi diri agar menjalankan fungsinya sesuai yang seharusnya. (Tetapi bagaimana ya…..umumnya orang-orang yang duduk di bagian ini
di negara kita adalah orang-orang yang berjiwa pedagang dan opportunist. Semua
tindakan berdasarkan perhitungan ekonomis. Untuk kepentingan pribadi, atau
paling banter untuk golongannya sendiri. Jadi sulit sekali mengharapkan
perubahan, walaupun kita tidak boleh berputus harapan).
Tindakan jangka panjang, nah ini dia PR bagi kita semua seluruh elemen bangsa ini. Yaitu bagaimana meningkatkan kesadaran bahwa kita semua di timur di barat, di desa di kota, di gunung, di lembah adalah satu. Saling terkait dan bergantung dalam satu siklus kehidupan. Bahkan saling terkait antar kehidupan sebelum ini apa yang dilakukan oleh nenek moyang kitakehidupan kita sekarang, dan kehidupan yang akan datanggenerasi anak cucu kita. Kalau semua orang memahami ini, sebenarnya konyol sekali kalau masih ada yang ngotot mencari keuntungan sesaat. Karena pada waktunya nanti kekonyolannya itu pasti akan melahirkan kesulitan bagi dirinya sendiri.
Tapi memang sekarang ini pepatah, “Siapa yang menabur dia yang menuai” itu sudah tidak dianggap lagi. Dianggap hanya ungkapan indah peninggalan orang dulu.Tidak banyak lagi yang berusaha memahami makna dan kebenarannya. Karena itu banyak sekali ditemui orang-orang konyol sekarang ini yang menganggap kerusakan lingkungan yang berujung pada bencana-bencana yang terjadi di sekitar kita itu adalah cobaan, ujian dari Tuhan. Itu hanya menunjukkan bahwa kebanyakan orang sungguh tidak paham akan siklus kehidupan yang sedemikian alami.
Jadi bagaimana sekarang, apa yang harus kita lakukan? Kembali ke rencana jangka pendek, ya gedorin orang-orang pemerintah terutama para pengambil keputusan agar melek mata pada apa yang sedang terjadi dan segera sadar dan tegas untuk mengambil tindakan koreksi. Lalu gedorin juga pihak pemrakarsa agar tidak hanyak memikirkan keuntungan jangka pendek, uang, uang, dan uang saja. (Mungkin bisa dengan cara di suruh retreat ke alam terbuka dengan program khusus mempelajari dan belajar mencintai alam ….. pokoknya diwajibkan)
Bagaimana dengan masyarakat? Oh kalau masyarakat itu proyek (yang ini proyek minus uang) jangka panjang. Karena sebenarnya menyadarkan masyarakat lebih
gampang karena masyarakat yang paling terkena dampak, yang paling menderita
kalau ada kerusakan lingkungan. Masyarakat ada di piramida paling bawah, jadi
paling mudah diarahkan. Tetapi bukan berarti mudah dalam pelaksanaan. Karena
harus dimulai sejak dini. Dini sekali sejak masih anak-anak.
Anak-anak yang masih polos, tanpa prasangka, tanpa tendensi apapun pada siapapun yang dihadapinya, kepada mereka itulah kita harus menanamkan pemahaman yang
benar tentang peran PENTING lingkungan sebagai tempat kita tinggal, tumbuh dan berkembang. Kapan kita bisa mengambil manfaat, kapan kita harus berhenti,
bagaimana cara beradab memperlakukan alam. Jangan jadi manusia tak tahu diri.
Pada masa ini harus sudah diajarkan pemahaman yang benar tentang keterkaitan antara segala sesuatu di alam ini. Ada keterkaitan dan ketergantungan yang begitu jelas di mata, ada yang tidak jelas hingga sulit membayangkannya
Tetapi bagaimana ya….. sekarang anak-anak makin jauh dari alam. Turun darirumah gedongan, masuk gedong sekolah. Lepas dari sekolah masuk gedong mall, atau ambil les ini itu belajar lagi di dalam gedong, mungkin di daerah gedongan juga. Nanti akhirnya pulang masuk rumahnya yang gedongan lagi untuk tidur. Sementara yang tidak punya rumah gedongan sudah disodori bayangan enaknya tinggal di rumah
gedongan dari tontonan yang non stop 24 jam. Jadi cita-citanya pun ya jadi orang
gedongan. Lupa menikmati sejengkal halaman yang banyak tanaman. Jadi bagaimana mau cinta alam, mau kenal alam, kalau sejak lahir, tumbuh besar kemana-mana hanya masuk dalam sangkar gedong lagi?
Action, action, action
Begitulah keadaan kita sekarang ini. Kalau kita lihat contoh garis besar
kejadiannya:
- Pertama bencana terjadi di Indonesia (misal kebakaran hutan).
- Kenapa terjadi bencana? Karena tindakan manusia mengeksploitasi alam tanpa
perhitungan matang, atau bahasa kerennya tidak memperhitungkan daya dukung
lingkungan (ceritanya mau bikin perkebunan, pH tanah tidak cocok dengan tanaman yang akan ditanami, jadi bakar dulu lokasi untuk meningkatkan pH tanah tadi).
- Siapa yang terkena bencana? Seluruh masyarakat, bisa di sekitar lokasi bisa
juga jauh dari lokasi. (Ingat, kebakaran hutan di Indonesia, yang keasapan dan
menuai penyakit selain Indonesia sendiri juga negara tetangga. Tetapi biasanya
si pemrakarsa --dalam contoh ini yang membakar hutan-- tidak terkena dampak
secara langsung, karena mereka berduitlah..)
- Kapan bencana terjadi ? Ada yang bisa diprediksi karena selalu berulang setiap
tahun tapi tidak kunjung disadari dan diatasi. Ada bencana baru akibat tidak
pernah belajar dari pengalaman bencana sebelumnya. Ada yang memang baru sama sekali. (Mungkin yang baru ini bisa dicontohkan bencana Lumpur Lapindo)
lingkungan yang terjadi di sekitar kita. Padahal sejak dulu sudah ada lembaga
yang khusus menangani hal itu, di bawah kementerian lingkungan hidup.
Kita ingat bahwa untuk setiap pembangunan (baca: eksploitasi hasil alam,
perumahan, pembukaan lahan, pembangunan industri) dalam skala yang mengakibatkan perubahan landscape itu harus memenuhi persyaratan AMDAL. Dengan adanya
persyaratan AMDAL sebelum pembangunan dimulai itu masyarakat luas sebenarnya mempunyai suara untuk menyetujui atau menggugurkan suatu usulan pembangunan. Belum lagi kalau menyebut begitu banyak lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan yang berperan sebagai kontrol dalam pemanfaatan sumber daya alam.
Tanggung Jawab Bersama
Mungkin jawabannya harus kita runut dengan seksama, satu persatu, step by step, case by case. Siapa yang bertanggung jawab : semua elemen, baik pemerintah
(sebagai pengatur & pengelola) industri (pihak pemrakarsa, pembangun) dan
masyarakat (sebagai konsumen dan yang terkena dampak lingkungan). Apakah semua elemen ini sudah menjalankan fungsinya? Jawabannya : TIDAK.
Pemerintah sering (atau malah selalu?) kongkalikong dengan pemrakarsa (baca : pengusaha) sehingga bisa jadi kita mendengar AMDAL yang disusulkan belakangan setelah pembangunan selesai, atau data AMDAL yang telah dimanipulasi. Karena
hampir dapat dipastikan, sulit sekali bagi pengusaha untuk kucing-kucingan
melanggar peraturan kalau tidak main mata dengan pemerintah sebagai pengawas
pemanfaatan lingkungan.
Bagaimana dengan masyarakat ? Biasanya masyarakat itu tidak peduli selama dia belum merasa terganggu dengan suatu kegiatan pembangunan. Ada juga beberapa yang ribut, tapi hampir selalu tidak mendapat perhatian. Lebih banyak lagi yang
protes setelah terjadi kerusakan parah dan membahayakan. Tapi pada akhirnya
tetap saja keluhannya tidak mendapat respon yang positif baik dari pihak
pengusaha maupun pemerintah. Intinya masyarakat selalu dikalahkan oleh
kepentingan ekonomi dalam hal ini. Jadi dimulai dari sikap tidak peduli
masyarakat – menjadi keluhan massal yang selalu tidak mendapat tanggapan – pada akhirnya lahir sikap apatis terhadap situasi di sekelilingnya.
Sebenarnya hal ini sangat menyedihkan. Tetapi tinggalkan dulu soal itu. Sekarang apa tindakan yang harus diambil ?
Jangka pendek tentu saja jawaban yang pasti adalah pemerintah sebagai pengontrol dan pengawas harus introspeksi diri agar menjalankan fungsinya sesuai yang seharusnya. (Tetapi bagaimana ya…..umumnya orang-orang yang duduk di bagian ini
di negara kita adalah orang-orang yang berjiwa pedagang dan opportunist. Semua
tindakan berdasarkan perhitungan ekonomis. Untuk kepentingan pribadi, atau
paling banter untuk golongannya sendiri. Jadi sulit sekali mengharapkan
perubahan, walaupun kita tidak boleh berputus harapan).
Tindakan jangka panjang, nah ini dia PR bagi kita semua seluruh elemen bangsa ini. Yaitu bagaimana meningkatkan kesadaran bahwa kita semua di timur di barat, di desa di kota, di gunung, di lembah adalah satu. Saling terkait dan bergantung dalam satu siklus kehidupan. Bahkan saling terkait antar kehidupan sebelum ini apa yang dilakukan oleh nenek moyang kitakehidupan kita sekarang, dan kehidupan yang akan datanggenerasi anak cucu kita. Kalau semua orang memahami ini, sebenarnya konyol sekali kalau masih ada yang ngotot mencari keuntungan sesaat. Karena pada waktunya nanti kekonyolannya itu pasti akan melahirkan kesulitan bagi dirinya sendiri.
Tapi memang sekarang ini pepatah, “Siapa yang menabur dia yang menuai” itu sudah tidak dianggap lagi. Dianggap hanya ungkapan indah peninggalan orang dulu.Tidak banyak lagi yang berusaha memahami makna dan kebenarannya. Karena itu banyak sekali ditemui orang-orang konyol sekarang ini yang menganggap kerusakan lingkungan yang berujung pada bencana-bencana yang terjadi di sekitar kita itu adalah cobaan, ujian dari Tuhan. Itu hanya menunjukkan bahwa kebanyakan orang sungguh tidak paham akan siklus kehidupan yang sedemikian alami.
Jadi bagaimana sekarang, apa yang harus kita lakukan? Kembali ke rencana jangka pendek, ya gedorin orang-orang pemerintah terutama para pengambil keputusan agar melek mata pada apa yang sedang terjadi dan segera sadar dan tegas untuk mengambil tindakan koreksi. Lalu gedorin juga pihak pemrakarsa agar tidak hanyak memikirkan keuntungan jangka pendek, uang, uang, dan uang saja. (Mungkin bisa dengan cara di suruh retreat ke alam terbuka dengan program khusus mempelajari dan belajar mencintai alam ….. pokoknya diwajibkan)
Bagaimana dengan masyarakat? Oh kalau masyarakat itu proyek (yang ini proyek minus uang) jangka panjang. Karena sebenarnya menyadarkan masyarakat lebih
gampang karena masyarakat yang paling terkena dampak, yang paling menderita
kalau ada kerusakan lingkungan. Masyarakat ada di piramida paling bawah, jadi
paling mudah diarahkan. Tetapi bukan berarti mudah dalam pelaksanaan. Karena
harus dimulai sejak dini. Dini sekali sejak masih anak-anak.
Anak-anak yang masih polos, tanpa prasangka, tanpa tendensi apapun pada siapapun yang dihadapinya, kepada mereka itulah kita harus menanamkan pemahaman yang
benar tentang peran PENTING lingkungan sebagai tempat kita tinggal, tumbuh dan berkembang. Kapan kita bisa mengambil manfaat, kapan kita harus berhenti,
bagaimana cara beradab memperlakukan alam. Jangan jadi manusia tak tahu diri.
Pada masa ini harus sudah diajarkan pemahaman yang benar tentang keterkaitan antara segala sesuatu di alam ini. Ada keterkaitan dan ketergantungan yang begitu jelas di mata, ada yang tidak jelas hingga sulit membayangkannya
Tetapi bagaimana ya….. sekarang anak-anak makin jauh dari alam. Turun darirumah gedongan, masuk gedong sekolah. Lepas dari sekolah masuk gedong mall, atau ambil les ini itu belajar lagi di dalam gedong, mungkin di daerah gedongan juga. Nanti akhirnya pulang masuk rumahnya yang gedongan lagi untuk tidur. Sementara yang tidak punya rumah gedongan sudah disodori bayangan enaknya tinggal di rumah
gedongan dari tontonan yang non stop 24 jam. Jadi cita-citanya pun ya jadi orang
gedongan. Lupa menikmati sejengkal halaman yang banyak tanaman. Jadi bagaimana mau cinta alam, mau kenal alam, kalau sejak lahir, tumbuh besar kemana-mana hanya masuk dalam sangkar gedong lagi?
Action, action, action
Begitulah keadaan kita sekarang ini. Kalau kita lihat contoh garis besar
kejadiannya:
- Pertama bencana terjadi di Indonesia (misal kebakaran hutan).
- Kenapa terjadi bencana? Karena tindakan manusia mengeksploitasi alam tanpa
perhitungan matang, atau bahasa kerennya tidak memperhitungkan daya dukung
lingkungan (ceritanya mau bikin perkebunan, pH tanah tidak cocok dengan tanaman yang akan ditanami, jadi bakar dulu lokasi untuk meningkatkan pH tanah tadi).
- Siapa yang terkena bencana? Seluruh masyarakat, bisa di sekitar lokasi bisa
juga jauh dari lokasi. (Ingat, kebakaran hutan di Indonesia, yang keasapan dan
menuai penyakit selain Indonesia sendiri juga negara tetangga. Tetapi biasanya
si pemrakarsa --dalam contoh ini yang membakar hutan-- tidak terkena dampak
secara langsung, karena mereka berduitlah..)
- Kapan bencana terjadi ? Ada yang bisa diprediksi karena selalu berulang setiap
tahun tapi tidak kunjung disadari dan diatasi. Ada bencana baru akibat tidak
pernah belajar dari pengalaman bencana sebelumnya. Ada yang memang baru sama sekali. (Mungkin yang baru ini bisa dicontohkan bencana Lumpur Lapindo)
Jadi apakah kita
sudah mendapat jawaban dari pertanyaan kita di atas? Kita hanya perlu sedikit
melakukan perubahan setiap hari. Misalnya: tidak membuang sampah sembarangan,
kalau ada tanah sejengkal di halaman tanamilah dengan pepohonan, kalau ada
kesempatan melakukan usaha/bisnis jangan sampai merusak lingkungan, sedapatnya
membuat rumah yang ramah lingkungan, yang sesuai dengan iklim tropis kita ini
jadi tidak perlu pake AC, tidak perlu listrik untuk penerangan nonstop 24 jam
lagi.
Bagi yang kerja kantoran sebisanya memanfaatkan kertas bekas sebelum benar-benar dibuang, mengurangi pemakaian kertas tissue, menaruh beberapa tanaman yang dapat menghisap racun di udara seperti tanaman Chinesse Evergreen (sejenis Sri Rejeki) atau Dracaena (yang ini saya lupa nama lokalnya) untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.
Bagi ibu rumah tangga bisa mengurangi pemakaian diapers, lebih menyukai hasil kebun lokal daripada impor (kebun lokal biasanya kalah mutu sama produk luar. Kelihatannya dari daunnya yang bolong-bolong, berulat, jelek, cepat busuk karena cara pengemasan yang kurang ok. Tetapi itu juga indikasi pemakaian pestisida yang minim, jadi sayuran lebih sehat, tanah kebunnya juga lebih sehat. Efek selanjutnya kalau permintaan untuk barang lokal tinggi maka pasar bisa bergeser mengangkat produk lokal menjadi primadona, lalu petani untung, lahan kita juga selamat. Jauh sih hubungannya, tapi tetap ada jika ditelusuri lebih jauh)
Bagi yang kerja kantoran sebisanya memanfaatkan kertas bekas sebelum benar-benar dibuang, mengurangi pemakaian kertas tissue, menaruh beberapa tanaman yang dapat menghisap racun di udara seperti tanaman Chinesse Evergreen (sejenis Sri Rejeki) atau Dracaena (yang ini saya lupa nama lokalnya) untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan.
Bagi ibu rumah tangga bisa mengurangi pemakaian diapers, lebih menyukai hasil kebun lokal daripada impor (kebun lokal biasanya kalah mutu sama produk luar. Kelihatannya dari daunnya yang bolong-bolong, berulat, jelek, cepat busuk karena cara pengemasan yang kurang ok. Tetapi itu juga indikasi pemakaian pestisida yang minim, jadi sayuran lebih sehat, tanah kebunnya juga lebih sehat. Efek selanjutnya kalau permintaan untuk barang lokal tinggi maka pasar bisa bergeser mengangkat produk lokal menjadi primadona, lalu petani untung, lahan kita juga selamat. Jauh sih hubungannya, tapi tetap ada jika ditelusuri lebih jauh)
Begitulah
kira-kira. Kita pasti bisa menambah panjang daftar itu.
The point is: it must be started from ourselves. Semua harus kita mulai dari
diri kita sendiri. Percayalah, tindakan-tindakan kecil ini akan membawa
perubahan besar pada waktunya. Yang diperlukan hanya kemauan.
The point is: it must be started from ourselves. Semua harus kita mulai dari
diri kita sendiri. Percayalah, tindakan-tindakan kecil ini akan membawa
perubahan besar pada waktunya. Yang diperlukan hanya kemauan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa bumi
ini akan hancur dan rusak bila kita tidak menjaganya. Manusia haruslah
melestarikan alamnya, karena manusia adalah komponen yang berkewajiban menjaga
bumi ini.
Bencana datangnya bukan
semata-mata hanya cobaan dari Tuhan, tetapi karena ulah tangan-tangan nakal
manusia itu sendiri.
Jadi, dari sekarang, mulailah menjaga lingkungan agar kita tidak
menyesal di masa yang akan datang.
3.2 Saran
Sebaiknya pemerintah mensosialisasikan kepada masyarakat agar
masyarakat mempunyai kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup
sekitar.
Untuk masyarakat, seaiknya jangan melakukan hal-hal yang dapat
merusak lingkungan hidup, karena akan berdampak negative untuk masyarakat
banyak.
Demikianlah karya ilmiah ini saya buat, lebih dan kurang saya mohon
maaf.
D A F T A R P U S T
A K A
Hurijah Ruba’I,
Dra. 1996. Wahai Generasi Muda, Apakah Tugasmu? Jakarta.
Balai Pustaka.
Pendidikan
Kepedulian Lingkungan Hidup. 2003. Jakarta. Depdiknas direktorat
jenderal
pendidikan dasar dan menengah, bagian
proyek pengelolaan
lingkungan
hidup.
http://sebatangpohon.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar